Wednesday, June 21, 2017

Strategi Membangun Kekakayan Tanpa Riba part6

PERTANYAAN 6
SIAPA YANG JADI AHLI KEUANGAN ANDA?

Bu Tria mengawali bisnis rumahannya dengan membuka gerai burger, dan segera
laris di pasaran. Tak ingin membiarkan peluang bagus berlalu, dia membuka dua
gerai baru. Sambutan pelanggan kian bagus, dan keuntungannya kian banyak.
Dengan hasrat menggebu, dia memutuskan untuk mengambil langkah besar.
Lima belas gerai dibukanya sekaligus di berbagai kota.

Bank dengan sigap mencukupi kebutuhan modalnya untuk membeli berbagai
alat. Dengan penuh percaya diri, Bu Tria mulai menjalankan bisnisnya. Skala
bisnis yang lebih besar ini tak urung membuatnya gugup. Tiga atau empat gerai
masih bisa dia kendalikan. Tapi belasan? Pengalamannya belum memadai.

Bisnis itu segera redup karena tidak terkelola dengan baik. Dia bangkrut
dalam waktu singkat, sementara tagihan dari bank terus berjalan. Saat itulah
dia sadar, bahwa kesalahannya yang paling besar adalah melakukan investasi
pada aset-aset yang tidak produktif, pengelolaan cashflow yang buruk, dan
utang yang tidak terkendali. Utang yang terlalu mudah diperoleh membuat
Bu Tria kehilangan kecerdasannya. Putaran uang cash yang banyak pada saat
usahanya berkembang membuat Bu Tria gugup, dan tidak bisa membedakan
mana uang operasional dan mana uang yang bisa digunakan untuk investasi.
Karena keberhasilan bisnisnya itu, banyak sekali tawaran yang datang kepada bu
Tria, mulai dari yang menawarkan investasi bisnis baru, asuransi, hingga tanah
untuk dibeli. Merasa cerdas dengan “investasi” di sana-sini, termasuk investasi
aset yang tidak ada hubungannya dengan bisnisnya, tanpa disadari membuat Bu
Tria harus banyak berutang.

Beberapa investasi dalam bisnis lain yang di luar kompetensi menyedot uang besar
dan hampir seluruhnya berakhir dengan kegagalan. Godaan untuk “investasi”
pada pembelian tanah hanya menyebabkan kesulitan keuangan. Dana yang
diambil dari anggaran untuk operasional bisnis burger jumlahnya cukup besar,
sementara tanahnya tidak menghasilkan apapun. Kini, saat penjualan lesu, biaya
tetap yang harus dibayar sangat besar. Cicilan yang rencananya dia bayar dari
keutungan jadi berantakan.

Bu Tria sudah gegabah mengelola uangnya, dan kini uang itu pula yang
menerornya siang dan malam. Dia baru sadar, bahwa mengelola uang tak
cukup dengan semangat dan niat mulia. Dia perlu pengetahuan. Dia juga perlu
keterampilan mengelola uang.

Sebelum berbincang tentang pengelolaan uang, coba Anda jawab pertanyaan
saya:
• Apakah Anda ingin selalu dilihat punya banyak uang?
• Apakah Anda merasa tidak begitu penting untuk membuat anggaran setiap
bulannya?
• Apakah Anda sering tertarik dengan cerita orang yang menawarkan peluang
investasi dengan hasil yang sangat tinggi, pada bisnis yang sebenarnya tidak
Anda kuasai?
• Apakah Anda cenderung memimpin perusahaan dengan ketrampilan atau
dengan uang Anda?

Banyak orang yang mampu membangun sumber keuangan yang besar baik
sebagai profesional, self employee, maupun dari bisnis sendiri. Namun ketika
uang terasa mudah diperoleh, mereka kehilangan fokus dan melakukan aneka
kesalahan dalam memperlakukan uang yang dimilikinya. Perilaku mereka
berubah tanpa disadari, karena banyak orang yang mengenal mereka sebagai
orang kaya dan punya banyak uang. Akibatnya, mereka merasa tidak nyaman
apabila ada kesan dari orang lain bahwa mereka sedang tidak punya uang.
Di lain kesempatan, mereka kadang takut suatu saat keadaannya berubah.
Karenanya mereka ingin menginvestasikan uang yang ada di berbagai tempat.
Sayangnya, investasi itu dilakukan tanpa ilmu dan hanya menghasilkan kesulitan
keuangan beruntun.

Kita tidak harus lebih pintar daripada yang lain; kita harus lebih disiplin
daripada yang lain ~ Warren Buffett ~

Banyak di antara mereka melakukan investasi hanya karena iming-iming cerita
indah dari orang lain. Promosi yang mereka dengar begitu meyakinkan, sampai
mendatangkan kesan bahwa orang-orang yang promosi itu lebih ahli dalam hal
uang daripada si pemilik uang. Padahal, jika Anda ingin membangun kekayaan,
maka Anda sendiri yang harus cerdas dalam memperlakukan uang. Anda harus
memiliki financial competence.

Financial competence mencakup tiga hal utama yaitu Business Skill, Money
Management Skill dan Investing Skill. Jika ketiga hal ini Anda kuasai, maka
menjadi kaya hanyalah persoalan waktu.

Business Skill
Skill berarti keterampilan. Sama sekali bukan bakat. Keterampilan adalah
sesuatu yang bisa dipelajari. Dan satu-satunya kunci agar seseorang bisa
memiliki keterampilan adalah dengan berlatih. Keterampilan berbisnis sama
persis dengan keterampilan seorang atlit bulutangkis atau perenang, misalnya.
Semakin sering dia berlatih dengan benar, semakin lincah dan mahirlah dia.
Jika dia memadukan jam berlatih yang memadai dengan kemauan keras untuk
memperbaiki setiap kekurangan dan meningkatkan kekuatannya, dia pasti jadi
atlit yang handal.

Tak ada jalan instan untuk memperoleh keterampilan yang berkualitas.
Kemahiran hanya diperoleh melalui latihan yang serius dan sungguh-sungguh.
Begitu pula dalam berbisnis. Tak ada jalan pintas untuk menjadi pebisnis handal.
Coba Anda pelajari, orang-orang kaya yang kini ada pasti telah melalui proses
yang panjang dalam menjalani bisnisnya. Orang yang kaya mendadak tidak
akan lama mempertahankan kekayaannya.

Bagaimana melatih keterampilan berbisnis? Salah satunya dengan berjualan.
Inilah bentuk keterampilan berbisnis yang paling sederhana, dan paling bisa
langsung dicoba oleh siapapun. Berjualan merupakan cara semua orang untuk
memperoleh uang. Yang dijual bisa macam-macam: barang, jasa, tenaga, atau
kepandaian. Keterampilan berjualan ini tentu saja bisa dipelajari, dilatih, dan
dikuasai.

Skill berarti keterampilan. Sama sekali bukan bakat. Keterampilan adalah
sesuatu yang bisa dipelajari. Dan satu-satunya kunci agar seseorang bisa
memiliki keterampilan adalah dengan berlatih.

Money Management Skill
Bu Tria terbukti terampil berjualan. Dia berhasil membantu nafkah keluarganya
dengan gerai burger yang sukses. Sayangnya, begitu dana pinjaman bank cair
dalam jumlah besar, bisnisnya justru roboh. Uang yang sedianya dianggarkan
untuk memperbesar bisnis dan mencetak laba besar justru balik menyerangnya
dengan tagihan plus riba. Dia tak bisa mengelola uangnya dengan baik.

Membangun kekayaan tidak bisa dilepaskan dari keahlian mengatur keuangan.
Tujuannya adalah untuk meningkatkan aset dan income selanjutnya. Inilah yang
sepenuhnya luput dari manajemen Bu Tria. Dia menggunakan sebagian besar
pinjaman itu untuk investasi yang tidak berhubungan dengan bisnisnya. Asetnya
memang bertambah, tapi tak bisa mengejar laju cicilan yang harus dibayarnya
setiap bulan. Kondisi keuangannya dengan cepat jadi kedodoran. Tabungan?
Tak ada.

Jadi, jika menaikan memperoleh pendapatan merupakan konsep making money,
maka prinsip meningkatkan saving dan investasi adalah bagian dari konsep
keeping money atau menjaga uang. Keduanya adalah konsep yang sangat
berbeda. Sebagian besar orang paham dan bisa making money, namun banyak
yang gagal dalam keeping money. Sayangnya, sepandai apapun mereka making
money, tanpa kefasihan menjalankan prinsip keeping money, mereka tidak akan
pernah bisa membangun kekayaan.

Lebih dari 30 tahun berkarir di dunia hiburan, Michael Jackson jelas mampu
making money. Semua yang disentuhnya seolah menjadi uang. Semua
yang berkaitan dengannya bisa jadi barang dagangan. Suaranya, tariannya,
bonekanya, tanda tangannya, bahkan fotonya bisa mengalirkan uang yang tak
sedikit. Seluruh dunia jadi saksi kejayaannya. Lantas, mengapa ketika meninggal
dia meninggalkan utang yang tak kalah banyaknya? Fakta ini jelas menunjukkan
bahwa Jacko tidak terampil dalam keeping money.

Demikian pula dengan Anda. Kekayaan tak akan bisa dibangun hanya dengan
kemampuan menghasilkan uang. Tanpa kemampuan keeping money, seberapa
pun besar income yang Anda peroleh, pasti akan lenyap lebih cepat dari yang
Anda duga. Jadi, selihai apa Anda menjaga uang Anda?

Investing Skill
Setelah keterampilan bisnis dan mengelola uang, yang tidak kalah penting dalam
membangun kekayaan adalah meningkatkan investasi. Konsep ini sebenarnya
berada dalam kategori making money dan keeping money sekaligus. Artinya,
investasi adalah salah satu usaha memperoleh penghasilan. Yang membuatnya
berbeda adalah, investasi lebih dimaknai sebagai usaha mengembangkan
pemasukan, sekaligus sebagai dana cadangan.

Apa yang harus Anda lakukan agar bisa memiliki investasi yang sehat? Sebelum
memilih investasi mana yang akan diambil, pastikan dulu Anda PUNYA uangnya.
Terutama untuk pemula, dana investasi harus berasal dari pos yang memang
Anda cadangkan untuk investasi. Artinya, melakukan dan menaikkan investasi
tidak akan pernah terwujud jika Anda tidak bisa keeping money. Apa yang akan
Anda investasikan jika income yang Anda peroleh tidak berhasil Anda simpan.
Saran saya, simpan sebagian uang Anda, cadangkan untuk investasi pada
bidang yang anda kuasai.

Bagaimana? Dana investasi Anda sudah siap? Jika belum, Anda boleh mulai
meningkatkan penghasilan dan disiplin menyisihkan setiap 10% nya untuk dana
investasi. Jika sudah, bersiaplah untuk menjadi pengelola uang yang baik. Kini
saatnya uang Anda didayagunakan untuk investasi. Untuk melakukan investasi
yang berkualitas, berikut tujuh aturan emas yang wajib Anda patuhi:

7 Aturan dalam menginvestasikan uang anda.
1. Jangan investasikan semua uang yang Anda miliki
Ingat Skema Ponzi? Tawaran investasi dengan keuntungan berlipat dalam
waktu singkat sering membuat orang tergiur. Jika orang memahami bahwa
investasi yang sehat itu tidak instan, maka skema penipuan ini tak perlu
memakan korban. Sayangnya, mentalitas miskin selalu memprovokasi.
Dengan keyakinan menggebu, banyak orang yang berani mempertaruhkan
semua uangnya. Ingat! Prinsip investasi adalah menunggu peluang, kemudian
beraksi. Jangan kedepankan emosi saat memutuskan investasi mana
yang Anda pilih. Utamakan akal sehat. Jika Anda melihat peluang bagus,
investasikan sebagian uang Anda. Siapa tahu sesudahnya ada peluang yang
jauh lebih menjanjikan dan lebih aman.

2. Jangan berinvestasi menggunakan uang tunai yang segera Anda pakai
Anda dalam daftar tunggu haji. Mungkin tahun ini, mungkin tahun depan.
Atau, Anda mempunyai uang yang dianggarkan untuk memperbaiki rumah
empat bulan mendatang. Dalam masa penantian itu, mendadak seorang
teman bercerita tentang keberhasilannya bermain valuta asing. Teman
Anda yang lain menawarkan sebuah kerja sama jangka pendek dengan
keuntungan besar. Jika tawaran itu Anda iyakan, berarti Anda telah merusak
aturan sendiri. Anda lebih dipengaruhi emosi. Dan kemungkinan keputusan
gegabah ini akan membuat Anda akan jatuh. Uang Anda akan hilang, rumah
Anda gagal diperbaiki, atau Anda harus berutang untuk bekal ibadah haji.
Untuk berinvestasi, gunakanlah uang yang benar-benar disiapkan untuk
investasi. Di bagian Pertanyaan 2, kita sudah belajar cara menyisihkan 10%
dari setiap penghasilan untuk pos investasi.

3. Mintalah saran atau pendapat yang lebih ahli
Berinvestasi berarti bijak melihat peluang. Setiap bidang usaha memiliki
peluang dan karakteristik masing-masing. Resiko sudah pasti ada, karena
setiap jenis bisnis dan investasi selalu memiliki resiko. Berani berinvestasi
berarti berani menghadapi resiko, yang baik atau yang buruk. Tapi ingat!
Berani tidak sama dengan konyol. Melabrak semua resiko investasi tanpa
pertimbangan adalah tindakan bunuh diri. Padahal, Anda bisa meminimalisir
resiko buruk dengan minta saran kepada orang yang ahli di bidangnya.
Sebelum memutuskan untuk investasi di perdagangan kayu sengon, misalnya,
Anda bisa bertanya kepada orang-orang yang sudah berkecimpung di
bidang ini. Mungkin Anda tahu tentang prospeknya yang bagus, tapi yang
memahami fakta dan data tentang sengon, pemasaran, berapa nilai investasi
yang layak, dan resikonya adalah para pelaku.

Ketika tampil dalam sebuah acara, Warren Buffett, Sang Legenda Investasi
ditanya nasihat investasi apa yang akan diberikannya kepada pengusaha
yang baru mengawali karirnya.
“Saya akan memintanya melakukan persis apa yang saya lakukan 40
tahun yang lalu, yaitu mempelajari setiap perusahaan di Amerika yang
menjual sahamnya ke publik.”
Sang moderator protes, “Tapi saat ini ada 27.000 perusahaan publik di
Amerika.”
“Ya,” sahut Buffett, “Mulai saja dengan yang A.”
(The Warren Buffett Way, Robert G. Hagstrom)

4. Lakukan diversifikasi dalam berinvestasi
Ada pepatah kuno yang berbunyi jangan letakkan semua telur di dalam satu
keranjang yang sama. Aturan kuno itu selalu up to date untuk investasi. Tidak
ada bisnis yang tidak beresiko. Tidak ada investasi yang tidak mengandung
resiko. Jika ada, pasti semua orang sudah berbondong-bondong menanamkan
uangnya ke sana, termasuk saya. Karena adanya faktor resiko itulah, pilihan
yang tersedia adalah menekan resiko serendah mungkin. Salah satu caranya
adalah melakukan diversifikasi. Jangan melakukan investasi total dalam satu
unit usaha yang sama. Pertimbangannya, begitu unit itu hancur, maka hancur
pula semua uang Anda. Jika investasi itu Anda bagi dalam beberapa unit
yang berbeda, kehancuran satu unit masih menyisakan harapan penghasilan
dari unit yang lain.

5. Miliki selalu portofolio investasi
Jangan biarkan uang Anda mengendap di rekening tabungan. Investasikan.
Miliki selalu pilihan investasi yang sesuai dengan bidang Anda, dipadukan
saran dari orang-orang yang berpengalaman. Investasi bisa bermacammacam,
mulai dari reksadana, obligasi, saham, emas, properti, kerjasama
dengan teman, hingga beli kebun untuk ditanami aneka tanaman, atau
disewakan. Jika Anda menyimpan uang cash, nilai uang Anda jelas berkurang
karena pengaruh penurunan mata uang ataupun inflasi. Jadi, mulailah
menyusun portofolio investasi yang paling sesuai untuk Anda.

Pikiran manusia unggul selalu penuh dengan ketaatan;
pikiran orang yang keji selalu menginginkan keuntungan
~ Confucius ~

6. Jangan emosi dan panik dalam berinvestasi
Jangan pernah menyentuh investasi yang menjanjikan keuntungan tidak
lazim dalam waktu dekat. Banyak orang tergoda tawaran menggiurkan,
padahal sebenarnya dia tahu bahwa kemungkinannya too good to be true.
Siapa sih yang tidak ingin memperoleh banyak keuntungan? Hati-hati. Inilah
titik jebakannya. Jika ada investasi yang terlihat rasional dan menyentuh
nafsu dasar kita, logika kritis kita bisa terpeleset. Investasi QSAR, sarang
walet, koin emas, atau tanaman gelombang cinta, misalnya, membuat
banyak orang terbuai. Akibatnya, secara emosional mereka beramai-ramai
menginvestasikan semua uang ke sana. Mereka panik, khawatir tidak
kebagian untung jika tidak bergegas. Keuntungan besar yang dijanjikan
membuat orang-orang baik namun minim pengetahuan jadi gelap mata.

Akhirnya mudah ditebak. Saat sadar bahwa mereka jadi korban para penipu
ulung, penyesalan tak pernah mengembalikan uang mereka. Ingat. Investasi
adalah intelectual sport bukan emotional sport. Jelas bahwa Anda harus
mengedepankan logika, bukan emosi.

7. Berikan waktu agar investasi Anda tumbuh
Investasi bukan produk instan. Investasi adalah program jangka panjang,
yang hasilnya tidak bisa dipetik dalam waktu singkat. Investasikan uang Anda
dengan bijak, dan bersabarlah sejenak. Berikan kesempatan agar investasi
yang Anda tanamkan tumbuh terlebih dulu. Setiap investasi ada jangka
waktu tersendiri. Perkebunan sengon, misalnya. Pohon sengon baru layak
tebang setelah umur empat tahun tanam. Jika baru dua tahun Anda sudah
tak sabar ingin mengantungi uang, hasil panen Anda tidak akan optimal,
bahkan Anda bisa merugi.

Tujuh aturan emas itu wajib Anda taati untuk memperoleh hasil investasi
yang diharapkan. Menjadi investor membuat Anda belajar menjadi pengelola
uang yang baik. Sabar, gigih, telaten, mau bertanya, dan bisa mengendalkan
diri adalah modal utama untuk menjadi investor yang bijak. Pada gilirannya,
Anda akan lihai mengelola uang Anda sendiri, dan menjadi ahli keuangan
yang handal bagi bisnis Anda sendiri. Jika hal ini sudah tewujud, bersiaplah
untuk memiliki pohon uang yang selalu mengalirkan penghasilan ke pundipundi
Anda.

Money Tree atau Pohon Uang
Randall Book adalah seorang pengusaha sukses yang tinggal di Detroit,
Michigan Amerika Serikat. Bisnis utama Randall di bidang pertambangan yaitu
emas dan minyak. Dia memperoleh penghasilan yang besar dari sana. Di luar
pertambangan, mesin uangnya di bidang lain juga cukup banyak. Pengusaha
ini memiliki hotel bintang lima di Detroit, berbagai toko, termasuk sebuah toko
sepatu.

Saya sering bertemu dengannya, bahkan berbincang di rumahnya di kawasan
Detroit itu. Dia orang yang ramah dan selalu mau berbagi pengetahuan tentang
mengelola bisnis yang benar. Suatu ketika, saya sedang bersama Randall di
Detroit. Datanglah seorang tukang pos mengantarkan surat untuk Randall.
Sebelum surat itu dibuka, Randall menyatakan kepada saya bahwa isi surat itu
adalah selembar cek. Saya penasaran.

Dibukanya amplop itu, dan diperlihatkan ke saya. Sebuah cek senilai 1.400 dolar
AS. Jumlah yang sangat sedikit untuk pengusaha besar sepertinya. Saya heran.
Pengusaha yang memiliki penghasilan besar di pertambangan, hotel dan aneka
bisnis lain masih mau mengurusi nominal sekecil itu. Ekspresi heran saya pasti
sangat terlihat. Dengan lugas, Randall menjawab pertanyaan yang bahkan tidak
saya lontarkan. Dia lantas bercerita tentang pohon uang.

Randall Book menanam pohon uang dan memupuknya, sehingga memiliki
batang utama yang besar dan kokoh. Dari batang pohon itu kemudian tumbuh
banyak cabang. Kemudian, dari masing-masing cabangnya tumbuh pula rantingranting.
Pada saatnya, setiap ranting, cabang dan batang pohon itu semuanya
menghasilkan uang. Batang yang besar menghasilkan uang yang paling besar,
dan sekaligus berperan sebagai mesin uang utama. Cabang-cabangnya juga
menghasilkan uang, meskipun nilainya tidak sebesar yang dihasilkan batang
utama. Begitu juga dari ranting-rantingnya, semua juga menghasilkan uang,
walaupun nilainya hanya 1.400 dolar setiap rantingnya. Jumlah itu bisa jadi
kecil. Tapi, jika pohon itu memiliki sangat banyak ranting dan setiap rantingnya
menghasilkan 1.400 dolar sebulan, berapa banyak yang akan dihasilkan. Masih
angka kecil? Tentu bukan lagi.

Saya belajar banyak darinya. Dia banyak menasihati saya untuk selalu
membahas pengembangan bisnis setiap hari. Dia juga wanti-wanti agar saya
tidak menyepelekan hal-hal yang kecil, karena sesungguhnya dari hal yang
kecillah sesuatu yang besar berasal. Katanya, ”Jika kita bodoh dalam hal yang
kecil, kemungkinan kita juga akan bodoh dalam hal yang besar.”

Karena itu, di Balimuda saya mempraktikkan apa yang diajarkan Randall. Pohon
uang yang dibangun Randall saya kembangkan juga di sini. Bahkan, saya juga
menanam pohon ilmu. Dalam mengembangkan pohon uang, setiap hari saya
membahasnya bersama istri dan orang-orang di sekitar saya. Banyak rencana
yang kami buat. Sebagian sudah terwujud dan sebagian lagi masih dalam
proses.

Untuk pohon uang di Balimuda, batang utama yang menghasilkan uang besar
bagi kami adalah bisnis di bidang plantation. Cabang-cabang yang kami
bangun kini sudah mulai kami rasakan hasilnya adalah dari bisnis consumer
good, property, perkebunan rakyat, restaurant dan beberapa bidang investasi.
Kami terus memupuk pohon uang itu dengan berbagai rencana dan keputusan
matang. Kini, ranting-rantinya juga mulai mendatangkan hasil.

Berikutnya adalah pohon ilmu. Bersama para pengusaha muslim lainnya kami
telah mendirikan Indonesian Islamic Bussiness Forum atau IIBF. Harapan saya,

IIBF ke depan akan menjadi batang utama bagi saya untuk melakukan dakwah
dan syiar keilmuan. Banyak prinsip dan semangat yang ingin saya sebarkan
kepada teman-teman pengusaha di seluruh Indonesia. Cabang-cabang dari
IIBF yang sudah mulai berjalan saat ini antara lain adalah munculnya gerakan,
workshop, seminar, coaching dan penerbitan buku. Ranting-rantingnya berupa
pengajian bisnis yang kini mulai menyebar ke berbagai daerah di Indonesia.
Dalam pengajian ini, para pengusaha Muslim saling menguatkan untuk samasama
membangun bisnis yang kuat, bersih dari riba, dan berdasarkan ketentuan
Islam.

Saya hendak mengakhiri bahasan tentang mengelola uang ini dengan kisah
tentang Warren Buffett. Dia menjadi pengusaha dan investor paling kaya di
dunia, setelah menggeser Bill Gates dari daftar orang terkaya di tahun 2008.
Pohon uang Buffett berasal dari bisnis membeli dan menjual perusahaan. Dia
adalah master sejati di bidang itu.

Suatu hari, seorang mitra bisnis mengajak Buffett main golf. Agar suasana
di lapangan seru, biasanya para pemain golf membuat taruhan kecil-kecilan.
Mitra Buffett mengajaknya bertaruh sama rata, yaitu 100 dolar. Jumlah yang
sangat kecil bagi mereka. Tapi Buffett menolaknya. Penasaran, mitranya itu
menawarkan taruhan 100 dollar untuk Buffett dan 500 dollar untuknya. Lagilagi
Buffett menolak tawaran tersebut. Mitranya kian penasaran. Di menaikkan
tawaran. Buffett cukup memasang taruhan 100 dolar dan dirinya 1000 dolar.
Buffett tetap menolak.

Mitranya yang penasaran itu minta penjelasan. Lazimnya, dalam taruhan
masing-masing petaruh memasang nilai yang sama. Sementara saat itu,
Buffett cukup memasang 100 dolar berbanding 1000 dolar. Jika dia menang,
maka keuntungannya akan berlipat sepuluh. Dan jawaban Buffett sangat
mencengangkan.

“Stupid in small, stupid in big. I’m an investor and I’m not a gambler.” Biasa
bertindak bodoh dalam hal remeh akan membuatmu bertindak bodoh dalam
hal besar. Bisa Anda bayangkan. Orang terkaya di dunia masih mau memikirkan
uang 100 dollar. Dia bisa menyumbangkan uang dalam jumlah besar melalui
berbagai yayasan sosial miliknya, tapi tak rela kehilangan sepeserpun untuk
taruhan yang tidak bermakna. Faktanya, jika seseorang tidak pernah mengurusi
hal yang kecil, maka dia tidak akan pernah mampu mengurusi hal yang besar.
Jika dia bodoh dalam hal kecil, maka dia akan ceroboh dalam hal yang besar.

Jadi, siapa seharusnya yang menjadi ahli keuangan Anda? Jawabannya pasti:
Anda sendiri!

Baca Juga :